Total Tayangan Halaman

Kamis, 19 Januari 2012

Strategi Pemasaran Ala Rasullah

http://ismailonline.com/strategi-marketing-bisnis-ala-rasulullah-saw/
Pada artikel kali ini saya ingin membagikan apa yang baru saja saya dapatkan dari buku bacaan saya tentang “Strategi Marketing Rasulullah SAW”. Saya ingin mengambil figur Rasulullah Muhammad SAW sebagai panutan saya dalam mengembangkan ilmu marketing. Tapi bukan berarti saya menutup diri bagi kawan blogger Non Muslim yang ingin berbagi, Blog Marketing Bisnis saya, terbuka buat semua kalangan.

Maaf jika artikel kali ini bahasanya lumayan serius. Tapi bisa dibuat santai ko’,,, hehehe

Nabi Muhammad SAW merupakan suritauladan bagi seluruh umat manusia. Selain sebagai Nabi, beliau juga banyak menunjukkan cara berbisnis yang benar. Bisnis yang benar menurut islam adalah bisnis yang menerapkan nilai-nilai syariat islam tentunya.

Kesuksesan Nabi Muhammad dalam berbisnis telah dirasakan sejak usia mudanya. Beliau banyak menerapkan strategi marketing bisnis yang sangat cerdas, tidak merugikan orang lain tapi menguntungkan bagi pebisnis yang menerapkannya.

Berikut adalah tips atau strategi marketing yang dilakukan Rasulullah SAW dalam mengembangkan bisnisnya

1. Jadikan “Jujur” Sebagai Brand Bisnis

Berkat kejujuran beliau (dalam segala hal), nabi Muhammad mendapatkan julukan Al-Amin (Yang Dapat Dipercaya). Sikap jujur dalam bisnis ini beliau tunjukkan pada customer maupun pemasok barang dagangannya. Pada masa awal mula berbisnis, nabi mengambil barang dagangannya ke Khadijah, seorang konglomerat kaya raya yang akhirnya menjadi istrinya.

Ketika bekerjasama dengan Khadijah, beliau selalu bersikap jujur. Selain jujur pada Khadijah, beliau juga jujur pada pelanggannya. Hal ini tercermin ketika pelanggan mendatanginya, beliau memasarkan barangnya dengan menjelaskan semua keunggulan dan kekurangan barang tersebut, tanpa mengharapkan keuntungan lebih besar dari hasil penjualannya.

Bagi nabi Muhammad, kejujuran harus dijadikan brand dagang para pebisnis. Apapun jenis bisnisnya, kejujuran harus tetap ditempatkan pada posisi yang utama.

2. Sayangi Pelanggan

Pelanggan atau pembeli adalah raja, demikianlah prinsip dalam bisnis. Menarik satu pelanggan memang sulit tapi mempertahankannya justru lebih sulit. Nabi Muhammad memberikan contoh bahwa keuntungan dalam berbisnis hanyalah sekedar “hadiah” dari upaya kita.

Nabi selalu melayani costumers dengan ikhlas, beliau tidak relah jika pelanggannya tertipu saat membeli barangnya. Pesan yang disampaikan oleh beliau adalah “Cintailah saudaramu seperti mencintai dirimu sendiri”.

Jika pelayanan yang kita berikan kepada pelanggan itu memuaskan maka pelanggan juga akan terus percaya dan akan terus berlangganan dengan produk yang anda tawarkan. Begitu pula sebaliknya.

Letakkan kepuasan pelanggan ditingkat yang lebih tinggi. Kunci dalam marketing adalah promosi atau iklan. Nah, cobalah memenuhi janji seperti apa yang pernah anda iklankan dalam pemasaran anda. Ini justru akan mengangkat kepercayaan pelanggan terhadap bisnis atau usaha anda.

3. Bedakan Jenis Produk Anda

Rasulullah saw juga memberikan contoh untuk memisahkan antara barang yang bagus dan barang yang jelek. Selain itu, beliau juga membedakan harga sesuai kualitas produknya. Bukan menyamakan semua produk tanpa melihat kualitas produknya.

Dalam dunia marketing bisnis kita mengenal banyak jenis produk yang bisa dipasarkan. Tapi, faktanya justru sebaliknya. Sebagian besar malah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dari “Cacat Produk”. Ini tentu akan merugikan pelanggan dan akan membuat pelanggan tidak percaya lagi dengan anda.

Mungkin masih banyak lagi nilai-nilai yang dapat diambil dari strategi marketing ala Rasulullah Muhammad SAW. Tapi jika anda pernah membaca atau sekedar ingin menambahkan silahkan ditulis saja di komentar.

Memulai Bisnis Ala Rasullah SAW

Walaupun keinginan segera memulai usaha sudah menggebu-gebu, namun seseorang selalu terbentur dalam masalah klasik yang selalu menghantuinya. Yaitu, masalah modal (yang berupa uang). Baginya, modal adalah syarat nomor satu yang harus ada untuk bisa memulai usaha. Kenyataannya, modal adalah nomor kesekian (baca: bukan nomor satu) apabila kita ingin memulai sebuah usaha.

Memang tidak bisa dipungkiri, apabila kita sudah mempunyai modal sebelum melangkah membuka usaha, itu tentu lebih baik. Namun, apakah kita yang tidak memiliki uang untuk memulai usaha, lantas mendapat vonis tidak bisa menjadi pengusaha? Salah. Lihatlah sekeliling kita, bisa saudara atau teman, yang telah memulai usaha dan berhasil dalam usahanya. Bisa dipastikan bahwa ada banyak diantara mereka yang sekarang sudah memiliki usaha yang insyaAllah berjalan baik, dengan awalannya tanpa modal.

Atau, tengoklah teladan tercinta kita, Rasulullah Saw. Beliau tercatat dalam sejarah sebagai seorang enterpreneur yang sangat handal. Beliau adalah seorang pengusaha sejati. Sepak terjangnya dalam berbisnis (terutama sebelum masa kerasulan), begitu menginspirasi. Bagi Anda yang sekarang ini sudah menjadi seorang pengusaha, berbahagialah karena Anda sudah menjalankan sunnah Rasulullah Saw, yaitu dengan menjadi seorang pedagang atau pengusaha.

Dalam mengawali bisnisnya, apakah Rasulullah Saw sudah memiliki uang? Sama sekali tidak. Bagaimana Rasulullah Saw dikatakan punya uang untuk modal bisnis kalau sejak usia 6 tahun sudah menjadi yatim piatu, dan tanpa menerima uang warisan? Lantas, bagaimana kemudian Rasulullah Saw bisa memulai usaha dan menjadi pengusaha sukses?

Yang dilakukan pertama kali oleh Rasulullah Saw malakukan magang (internship). Beliau bekerja magang kepada pamannya Abu Thalib. Hal ini beliau lakukan sejak usia 12 – 17 tahun. Dalam masa kita, ini bisa disamakan dengan kita menjadi seorang karyawan. Dalam rentang masa itu, Rasulullah Saw menyerap semua ilmu perdagangan dari pamannya, dan juga dari partner bisnisnya. Beliau perkaya dirinya dengan ilmu berdagang yang membawa keberhasilan. Beliau pelajari seluk beluk pasar, seperti apa yang membuat pasar selalu bergerak roda ekonominya, apa yang membuat sebuah pasar ada kejujuran dan kecurangan serta bagaimana mengatasinya. Apa yang bisa membuat pelanggan senang berbisnis dengan kita, serta bagaimana selalu menjaga hubungan baik dengan mitra. Gelar Al-Amin yang disematkan orang Arab kepada Rasulullah Saw, salah satunya diperoleh dari pengalamannya berdagang. Seorang pengusaha sukses mustahil bisa sesukses Rasulullah Saw dalam menjalankan bisnis, apabila beliau tidak mengetahui betul seluk beluk pasar, dengan tidak terjun langsung didalamnya.

Dalam rentang waktu 5 tahun itu, di usia 17 tahun Rasulullah Saw sudah ‘naik kelas’ menjadi seorang pemilik bisnis, walaupun berupa cikal bakal. Bayangkan, di usia 17 tahun sudah menjadi business owner? Luar biasa! Dan tahukan Anda apa langkah berikutnya dari Rasulullah Saw? Beliau menjadi Investment Manager. Ya, dalam perkembangannya, banyak para pemilik modal Makkah yang kemudian percaya kepada kemampuan Rasulullah Saw untuk memutar uang mereka menjadi lebih besar, dengan menitipkannya kepada Rasulullah Saw. Anda sudah bisa menebak apa jadinya uang yang diputar itu, apabila diamanahkan kepada satu-satunya orang yang bergelah Al-Amin (bisa dipercaya) ?

Salah satu dari sekian banyak para pemilik modal yang ‘kepincut’ dengan track record Rasulullah Saw adalah Siti Khadijah. Anda sudah tahu pasti siapa beliau, bukan? Ya, beliau juga seorang wanita pengusaha sukses. Orang sesukses beliau tidak mungkin sembarangan menitipkan modalnya begitu saja kepada Rasulullah Saw. Pasti sudah diperhitungkan dalam sekali. Dalam perkembangannya, waktu jugalah yang membuktikan, ketertarikan Khadijah kepada Rasulullah Saw tidak hanya untuk urusan bisnis, namun juga risalah Islam yang dibawa Rasulullah Saw, yang pada akhirnya menjadi istri pertama Rasulullah Saw.

Anda bisa membayangkan, sebelum menikah dengan Khadijah saja, Rasulullah Saw sudah begitu sukses bisnisya, apa jadinya setelah beliau menjadi suami dari seorang wanita yang juga pengusaha sukses?

Nah, dari sini kita sudah bisa mengambil kesimpulan, uang bukanlah alasan utama untuk memulai modal. Kalau modal menjadi kendala kita, jadikan kepercayaan orang lain kepada kita, sebagai modal utama. Kita jaga betul setiap amanah orang kepada kita. Kalau amanah itu bisa jaga tanpa cacat, seratus persen orang ini akan terus mengandalkan kita, dalam bentuk salah satunya menjadikan kita pengelola keuangannya. Dari hasil mengelola uang itu, tentunya kita akan mendapatkan bagi hasil (mudharabah). Sedikit demi sedikit, disertai dengan keuletan kita dan niat baik kita untuk menjadi seorang pengusaha, insyaAllah jalan menuju kesana akan terbuka sangat lebar. Amin

Bersabarlah dalam manapaki bisnis. Raih kemuliaan tidak hanya diakhirnya (menjadi sukses), namun juga didalam prosesnya.

Wassalam,

Arif Haliman